Jumat, 07 November 2014

Selamat Jalan Pemilik Sepatu Putih

Kematian menyadarkan kita bahwa dunia ini hanya panggung sandiwara.
Dan di akhiratlah tempat tinggal selama-lamanya.

Kematian juga menyadarkan kita bahwa ajal tidak dapat diperkirakan mau yang tua yang muda.

Hai pemilik sepatu putih dan hidung putih..
Belum sempat aku memakaikan sebuah kalung yang aku ingin pakaikan.
Belum sempat aku mendengar suara lonceng di kalung yang akan ku buat kelak.

Tapi inilah takdir.
Takdir mu sudah ditentukan begini.

Maafkan aku menangis akan kepergianmu yang begitu cepat.
Maafkan aku yang masih terbayang semuanya.
Maafkan.
Maafkan.
Maafkan.

Jika saja waktu dapat ku ulang.
Mungkin aku akan tidak bergumam dalam hati tapi seharusnya aku langsung mencarimu.
Seharusnya ini tidak terjadi.
Maafkan..
Maafkan..
Maafkan..

Selamat jalan panda :')
Kita bertemu lagi nanti di surga bersama yang lain :')

Yang tenang disana yaa :'))
Maaf tadi aku nangis sebegitunya :'))
Aku sayang kamu...

Tertanda ; untuk kamu panda salam untuk semua yang kamu temui disana, aku percaya kamu sudah disekeliling banyak saudara-saudara yang baik :')

Senin, 03 November 2014

Hai.
Apa kabar?
Sudah berapa puluh hari setelah kepulanganmu bukan?

Aku disini menulis bukan untukmu.
Tapi mungkin untukmu.
Atau untukmu.

Sampai sekarang kita masih bungkam.
Diam seribu bahasa.
Tidak saling bertemu.
Melepas rindu.

Rindu?
Mungkin hanya diri ini yang rindu akan dirimu.
Tapi tidak untukmu yang merindukanku.

Iya kuakui.
Aku rindu.
Walaupun ku tau ketika kita saling bertemu, kita masih ada jarak.
Entah apa itu.

Aku tidak mengerti.

Kamu tau?
Aku salah satu pembaca setia dari tulisanmu tersebut.

Aku sudah berapa kali untuk lupa.
Memang dalam sekejap aku lupa.
Tapi semua kembali didalam memori ini.

Maafkan.
Aku masih merindukan sosok mu yang seharusnya aku sadar aku bukanlah apa-apa dimatamu.

Ku dengar kamu sedang terbaring sakit?
Semoga kamu lekas sembuh.

Hei..
Kau ingat satu hal tidak?
Hal yang pernah kau bicarakan denganku?
Sekitar 10bulan yang lalu?

Ah mungkin lagi lagi kau lupa.
Seharusnya aku sadar aku ini hanya apa di matamu.

Tuhan.
Sadarkan.
Sadarkan aku.
Sadarkan aku siapa aku.
Sadarkan dia siapa dia.

Kami sangat berbeda.
Jelas.
Bentangan samudera yang membedakan kita.

Sudahlah.
Terimakasih.
Terimakasih.
Sudah membimbing sejak +-7 tahun yang lalu.

Teruntuk; kamu yang menjadi panutan dalam mengejar ilmu dan mimpi :)